Bau tubuhmu Cinta, masih sama saat terakhir kita bertemu, masih seharum rindu yang tak pernah aus. Binar wajahmu wanitaku, masih seterang bulan yang sedang purnama di langit Tuhan.
Akhirnya, setelah bertahun-tahun kuinginkan, kita bisa menikmati separuh malam di bawah tempias purnama.
Memang, bukan di atas pasir laut yang melengketi tubuh kita, bukan pula di atas padang rumput yang menjadi alas tempat duduk kita.
Meski tak banyak kata, aku sudah cukup kenyang dengan melahap wajahmu dalam hening.
Betapa rindu selalu punya jalan untuk menyelesaikan urusannya, seperti kopi pahit yang rindu pada bau kental asap rokok kita.
Menciummu diawal dan diakhir pertemuan sudah cukup untuk menegaskan, aku padamu seperti aksara yang membutuhkan kertas.
Cinta, tak ada keadaan paling indah dalam hidupku selain pada saat aku denganmu. Tak ada situasi paling mendebarkan melebihi ketika mata kita saling bertemu di antara gelak tawa mereka, pada saat jiwa kita bercinta diriuhnya obrolan para makhluk.
Posting Komentar